Friday, September 12, 2014

Para penguasa mereka seperti Singa

Dari Anas Ra, Rasulullah saw bersabda : "Akan terjadi di suatu zaman atas umatku di mana para penguasa mereka seperti Singa, dan menteri-menterinya seperti Serigala, dan Hakim (para penegak Hukumnya) seperti Anjing, serta rakyatnya seperti Domba/Kambing. Bagaimana mereka para domba [para rakyat] boleh hidup diantara kerumunan para Singa, Serigala dan Anjing?" (HR. Ad-Dzahabi)

Tahrij Hadis:

Hadis di atas derajadnya Sahih, diriwayatkan Adz-Dzahabi dari sahabat Anas bin Malik (antara lain ada dalam kitab Nashoihul Ibad - Ibnu Hajar Al-Atsqolany).

Penjelasan :

Rasulullah dalam hadis yang bersumber dari Anas bin Malik tersebut memperingatkan bahwa pada suatu zaman, suatu masa nanti, umat Islam atau kaum Muslimin pada umumnya akan mengalami suatu keadaan yang mengancam, dimana digambarkan keadaan dengan pengibaratan, para Penguasanya seperti Singa, Menteri-menterinya seperti Serigala, dan para hakim serta penegak hukum lainnya seperti Anjing, dan rakyatnya seperti domba/kambing. Bagaimana domba/ kambing boleh bertahan hidup dalam kerumunan binatang buas tersebut..?

Seperti sudah mafhum, sama-sama diketahui, Singa, Serigala dan Anjing adalah termasuk binatang bertaring, binatang buas yang akan memangsa dan menerkam serta memakan korbannya dengan cara yang kejam dan bengis.

Singa adalah binatang buas dengan egoisme dan kekejaman luar biasa, Serigala tak kalah buasnya dengan Singa dan dengan kerakusan yang tak pernah mengenal kepuasan, serta Anjing yang tak mengenal aturan, hanya takut kepada yang lebih kuat dan menindas kepada yang lemah.

Dengan penggambaran penguasa, Menteri dan penegak hukum seperti itu, maka sudah dipastikan rakyatnya atau kaum Muslimin pada umumnya hanya akan menjadi korban penindasan, dimangsa oleh penguasa, menteri-menteri dan hakim serta penegak hukumnya, seperti binatang buas memangsa korbannya.

Pada intinya, peringatan Rasulullah dalam Hadis tersebut berkaitan dengan sifat keserakahan manusia. Rasulullah juga mengingatkan dalam Hadis yang lain :

Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang boleh memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari No. 6436).

Di dalam Al-Qur’an sudah banyak dikisahkan contoh-contoh manusia yang menjadi penguasa serakah, tamak, bengis dan kejam, seperti kisah Raja Namrudz, Raja Fir’aun, Kaum Tsamud, Qorun dan lainnya, yang semuanya akhirnya dihancurkan dan diibinasakan oleh Allah Swt, agar boleh menjadi ibrah buat manusia dan kaum muslimin pada umumnya.Misalnya dalam Al-Qur’an Surat Al-Qasas, Allah Swt berfirman : Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. [QS. Al Qasas : 4]

Juga ketika Allah mengutus Nabi Soleh kepada kaum Tsamud agar beriman dan menyembah kepada Allah semata. Namun kaum Tsamud mengingkari dan bahkan menentang Nabi Soleh. Mereka kaum Tsamud menentang keimanan, keislaman dan bahkan membuat tipu daya ingin menghancurkan kaum beriman, memusuhi agama Allah dan membuat kerusakan di muka bumi.

Perhatikanlah Qur’an Surat An-Naml : “Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang berbuat kerusakan di bumi, mereka tidak melakukan perbaikan” (QS An-Naml-48).

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kaum Tsamud membuat kerusakan di muka bumi dengan perbuatan maksiat. Kaum itu juga berbuat dzalim dengan (para penguasanya) merencanakan makar pembunuhan kepada Nabi Soleh dan kaum muslimin lainnya.

Ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di bumi dari (para pemimpin kaum Tsamud) itu, secara simbolis boleh diperluas arti dan maknanya dalam konteks masa kini. Sembilan orang laki-laki pemimpin (elit) kaum Tsamud itu, dalam pengertian sekarang boleh saja diartikan sebagai :

1. Kaum Kafir, Musyrikin yang menentang Allah Swt, Nabi dan Agama Allah.
2. Presiden, menteri-menteri, dan para eksekutif yang menjalankan kekuasaan pemerinatahan secara zalim serta memusuhi Islam.
3. Anggota Legislatif, para pembuat Undang-undang yang bertentangan dengan Undang-undang dan Syariat Islam.
4. Hakim, Pengutkuasa yang seharusnya menegakkan hukum Allah tetapi malah menentangnya.
5. Pedagang, Pengusaha batil, yang culas, curang, serakah, memperkaya diri serta menyengsarakan rakyat dan kaum Muslimin.
6. Tentera dan Alat-alat Keamanan Negara yang bukan membela rakyat dan kaum Muslimin tapi malah membela kejahatan, kezaliman dan menjadi alat para penguasa serakah.
7. Kalangan Intelektual, Ilmuwan, Civitas Perguruan Tinggi yang bukan menggunakan ilmunya untuk membela rakyat, Umat dan kaum Muslimin, tapi malah membebek kolonialis, kaum kafir dalam menentang Islam.
8. Para ustadz, mubaligh, ulama Su’ yang hanya membela kepentingan para penguasa, ”menjual ayat-ayat dengan harga yang murah”, bukan membimbing tapi malah menyesatkan umatnya.
9. Partai Politik, Ormas, Mass Media dan institusi kemasyarakat lainnya yang pada umumnya memusuhi Islam dan kaun Muslimin.
Di dalam ajaran Islam, kekuasaan yang hakiki hanyalah milik Allah semata, seperti dalam firmannya di dalam Surat Al-Maidah : 18. “Allah adalah pemilik kerajaan langit dan bumi serta apa yang terdapat antara keduanya. (Qs Al-Maidah:18)

Selanjutnya, manusia mengemban amanah dari Allah Swt sebagai kalifatullah fil ardhi untuk melaksanakan urusan-urusan kemanusiaan di muka bumi. Dalam kaitan ini manusia mengemban amanah untuk melaksanakan ketentuan dan hukum-hukum Allah di muka bumi. Dalam Surat Al-Maidah 44, Allah berfirman : “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah (hukum Allah-Syariat Islam) maka mereka itulah orang-orang yang kafir.” (Al-Maidah: 44)

Pada ayat selanjutnya disebutkan, selain kafir, juga dzalim dan fasiq. Meskipun ada perbedaan pendapat apakah kafir, dzalim dan fasiq kubra ataukah sugra, betapa pun Syariat Islam dan hukum-hukum Allah mestilah diletakkan sebagai sumber hukum utama.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan Mesej