Kegelisahan Yahudi, Nasrani, dan Orang Munafik Terhadap Masa Depan Islam
Kegelisahan Yahudi, Nasrani, dan Orang Munafik
Terhadap Masa Depan Islam
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ(120)
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS Al-Baqarah [2] ayat 120)
Tentu masih belum lepas dari ingatan kita, peristiwa genosida yang menimpa kaum Muslim di kawasan Balkan sepanjang 1992-1995. Pasukan Serbia membantai 200 ribu lebih Muslim Bosnia (yang pernah menjadi bagian dari Republik Yugoslavia), dan 8.000 lebih lainnya di Srebrenica. Tidak hanya pembantaian, tetapi juga perkosaan terhadap sekitar 20 ribu Muslimah Bosnia oleh pasukan Serbia, yang dipimpin Jenderal Ratko Mladic. Pembantaian (atau ethnic cleansing) dan perkosaaan yang dilakukan Serbia semata-mata karena didasari kebencian mereka terhadap Islam.
Kasus genosida terhadap Muslim Bosnia ini baru masuk ke dalam agenda Mahkamah Internasional PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) sebelas tahun kemudian (2006), setelah Bosnia mengajukan gugatan. Serbia dinilai bertanggung jawab terhadap kasus genosida tersebut, karena memberikan dukungan strategis dan finansial. Setahun kemudian, Februari 2007, Mahkamah Internasional membebaskan Serbia dari tuduhan pembersihan etnis (ethnic cleansing) di Bosnia. Mahkamah Internasional saat itu dalam putusannya mengatakan, Serbia tidak berencana atau melakukan pembunuhan massal terhadap delapan ribu Muslim di Srebrenica pada tahun 1995. Mahkamah pengadilan tertinggi PBB itu hanya mengatakan, Serbia gagal melaksanakan kewajibannya mencegah terjadinya genosida. Artinya, kasus genosida itu dimaknai sebagai bukan kebijakan negara (Serbia) tetapi oleh perorangan.
Slobodan Milosevic yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Federal Yugoslavia, dituding Phon van den Biesen (pengacara asal Belanda yang mewakili Bosnia di International Criminal Tribunal) sebagai motor penggerak di balik peristiwa genosida terhadap Muslim Bosnia dan Srebrenica. Namun akhirnya, Milosevic meninggal dunia ketika sedang menjalani proses hukum di mahkamah internasional.
Tribunal Yugoslavia sebelumnya telah menetapkan 19 orang yang terlibat di dalam peristiwa genosida di Srebrenica, termasuk Slobodan Milosevic, Radovan Karadzic, Jenderal Ratko Mladic dan Zdravko Tolimir (ajudan Jenderal Ratko Mladic). Radovan Karadzic (Presiden Serbia kala itu) setelah selama tiga belas tahun melenyapkan diri, tertangkap pada 21 Juli 2008. Sedangkan Jenderal Ratko Mladic hingga Agustus 2008 dinyatakan masih buron.
Apakah ada landasan ideologis yang membolehkan atau membenarkan mereka (orang-orang Serbia yang bergama Kristen Ortodoks) melakukan pembunuhan terhadap ummat Islam? Dan pertanyaan penting lainnya adalah, apakah pernah ada di sebuah negara yang berpenduduk mayoritas Islam (Presidennya Islam, Panglima Angkatan Bersenjatanya beragama Islam), melakukan pembunuhan massal atau genosida atau ethnic cleansing terhadap penduduk beragama lain?
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan Mesej