Merdeka.com - Muhammad Shamsi Ali sudah 18 tahun tinggal di New York, Amerika Serikat. Dia bukan orang Indonesia jadi warga sembarangan di negeri dengan julukan Abang Sam itu. Ustaz Shamsi, begitu dia dikenal ialah seorang Imam di Islamic Cultural Center of New York, Amerika Serikat.
Kegiatan dakwah mengenalkan Islam di Amerika membuat namanya kian melambung. Shamsi dikenal mampu merangkul berbagai agama di Amerika untuk memperkenalkan Islam. Dia mengubah wajah baru tentang pandangan Islam bagi kebanyakan orang Amerika. Tak terkecuali Donal Trump, raja bisnis negeri Abang Sam.
Karena sosoknya mampu merangkul, tahun 2006 dia di dapuk sebagai tokoh agama paling berpengaruh. Kebetulan, saat ini dia sedang berada di Indonesia. Merdeka.com berkesempatan menemui Imam Besar itu di Hotel Menara Peninsula, Slipi,
Jakarta Barat pada, Selasa (15/12) lalu.
Kepada Ahmad Fikri Faqih dan Juru Foto Muhammad Lutfi Rahman, Shamsi meluangkan waktu hampir sejam untuk berbincang soal perkembangan Islam di Amerika. Semua pertanyaan merdeka.com ajukan dia jawab sangat jelas, salah satunya ialah orang muslim dilarang masuk Amerika.
Shamsi hanya menjelaskan, jika sebetulnya orang Amerika justru lebih menyukai muslim dibanding dengan Donald Trump. "Bahkan baru-baru ini ada survei poling yang diadakan, lebih memilih mana Islam atau Donald Trump? Oleh orang Amerika ternyata muslim lebih disenangi dibandingkan Donald Trump," ujar Shamsi.
Berikut petikan wawancara dengan Imam Besar New York, Muhammad Shamsi Ali.
Seperti apa gambaran umat Islam di Amerika ?Saya mulai dengan mengatakan terjadinya 11 september 2001, membuat perkembangan Islam di Amerika begitu pesat. Penyebabnya adalah Islam diberitakan sedemikian rupa. Pada awalnya memang diberitakan secara negatif karena islam dituduh sebagai dalang terorisme, tetapi ternyata orang Amerika itukan punya beberapa karakteristik yang cukup positif. Pertama adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Orang Amerika itu mendengarkan sesuatu pasti akan dicari. Begitu islam disebut sebagai sumber terorisme maka mereka mulai mencari mengapa Islam sampai demikian, padahal agama ini dianut oleh sebegitu banyaknya orang. Dan ternyata setelah mereka mencari, mereka menemukan Islam yang sesungguhnya. Terkadang mereka menerima Islam ini karena rasa bersalah. Ada beberapa orang yang masuk Islam bersama saya itu karena betul-betul merasa bersalah. 'Saya ingin menebus dosa', bahasa kita, sejak lama dia memahami Islam sedemikian buruk kemudian dia mencari-mencari dan mencari kemudian dia menemukan bahwa Islam itu tidak seperti itu. karena dia merasa berdosa, dia akhirnya mendalami lagi dan pada akhirnya yakin bahwa agama dan jalan kebenaran yang ingin dia ikuti.
Jadi perkembangan Islam semenjak itu berkembang luar biasa. Perkembangannya bukan hanya karena banyak yang masuk Islam, memang benar sekitar 20 ribu minimal menurut estimasi, setiap tahunnya orang masuk Islam di Amerika Serikat dan tetapi yang paling penting bagi kami bukan jumlahnya. yang paling penting bagi kami perkembangan Islam itu adalah dari segi kualitasnya. Artinya apa? Dulu yang memperbesar Islam itukan imigran, pendatang yang datang untuk mencari rezeki, mencari hidup kemudian hidup di Amerika. Itu yang disebut Islam di Amerika. Tetapi sekarang ini bukan imigran, tetapi orang asli Amerika dan kemudian menjadi muslim. Rata-rata berpendidikan, muda dan profesional itu menjadikan kebudayaan Islam itu menjadi semakin kuat. Kita sudah punya dua majelis. Kita sudah ada beberapa walikota muslim. Di New York sendiri ada lebih dari 100 ribu polisinya orang Islam. Di public school ada banyak guru Islam, kemudian muridnya ada 130 ribu adalah murid Islam. Jadi wajar New York itu sudah menjadikan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur.
Ini perkembangannya, tetapi disatu sisi Islam masih menjadi isu yang menarik bagi semua orang. Jadi ketika ada peristiwa pasti Islam diikutkan, salah satunya adalah sekarang Amerika sedang menghadapi pemilihan presiden tahun depan. Artinya kita ada dimusim kampanye. Ada beberapa kalkulasi politik yang salah. Mengapa saya katakan salah, yang mengatakan isu Islam kita buru kan, kita benci akan mendapat dukungan dari orang Amerika. Ternyata kalkulasi politik seperti ini adalah kalkulasi politik yang konyol, salah. Karena tidak pernah dibuktikan orang Amerika tertarik ketika Islam dibuat buruk, bahkan sebaliknya yang terjadi.
Ini sudah ada dua bukti nyata yang terjadi. Pertama adalah calon Gubernur New York pada tahun 2010 Rick Lazio dari Republikan, itu menjadikan proyek masjid kita dengan ground zero sebagai isu kampanye. Saat kami ingin membangun masjid dengan ground zero, WTC itukan menjadi isu besar, awalnya tidak ada masalah. Proyek ini sudah kita umumkan dimuat di New York Time tahun 2009 tidak ada yang berbicara. Sampai 2010 salah satu kandidat menjadikannya isu politik, kemudian banyak masyarakat Amerika marah karena itu anggap sebagai simbol kemenangan Islam atas Amerika. Tetapi ternyata saat pemilihan dia hanya mendapatkan 27 persen suara pemilih. Dalam artian itu sudah tidak bisa dijual lagi.
Sekarang ini Donald Trump ingin lagi melakukan kalkulasi yang sama. Dengan menyerang Islam disangkanya akan mendapatkan pujian atau dukungan minimal dari kelompok kulit putih. Ternyata sekarang yang terjadi sebaliknya, dia malah dilarang datang dibeberapa kota di Amerika. Bahkan di Parlemen Inggris sedang dibahas apakah dia dilarang masuk Inggris atau bagaimana. Ada penyerahan dokter honoris ke dia juga dicabut lagi.
(Ustaz Ali mengangkat telepon dari istrinya)
Dan umat Islam semakin mendapatkan solidaritas yang sangat tinggi, simpati yang sangat tinggi. Bahkan Yahudi, sekitar delapan ribu orang Yahudi sekarang, sudah lebih sudah menembus 10 ribu orang Yahudi menandatangani petisi menantang Donald Trump. Bahkan baru-baru ini ada survei poling yang diadakan, lebih memilih mana Islam atau Donald Trump? Oleh orang Amerika ternyata muslim lebih disenangi dibandingkan Donald Trump. Jadi maksud saya begini, ketika kita mendapatkan sikap seperti Donald Trump ini kita tidak menyikapi terlalu over, terlalu berlebihan. Saya mengenal Donald Trump itu orangnya suka high publicity. Jadi senang dikenal, populer, suka masuk media, dia punya show off bagaimana. Dan orang yang suka selfie sama dia juga sama saja.
Kedua, Donald Trump ini memang kontroversial. Dia anti Cina, Spanish, Afrika, saya kira yang dia dukung hanya orang putih saja. Bahkan dia itu anti imigran. Pernah suatu ketika dia mengirim twitter, kita harus berhati-hati dengan imigran. Jangan sampai imigran ini mengambil alih negara ini. Saya jawab, karena sebagai followernya, saya katakan kalau begitu kami juga harus berhati-hati dengan anda, karena anda juga imigran. Kalau anda menghendaki imigran pulang ke negaranya, anda juga harus pulang ke negara anda. Amerika itu negara imigran. Tidak ada orang yang merasa Amerika, karena semuanya pendatang. Jadi maksud saya, jangan terlalu ditanggapi secara serius. Karena saya yakin itu kalkulasi politik yang salah. Dan di sana Islam mendapatkan keuntungan yang luar biasa.
Siapa calon presiden Amerika yang mendukung keberadaan Islam di sana ?Saya kira rata-rata demokrat mendukung ya. Memang Republik ini adalah partai yang sosoknya lebih berada di pihak-pihak orang-orang yang elit. Jadi pengusaha besar, dan mereka lebih suka perang, seperti Bush kan begitu. Baik Bush yang tua maupun Bush yang muda suka perang. Tetapi coba lihat Presiden Bill Clinton. Bill Clinton ini jasanya kepada Islam itu luar biasa. Ketika Serbia membasmi orang Islam di Bosnia itu era kepemimpinannya. Beliau malah mengirim tentara untuk membela Islam. Kalau bukan karena intervensi Amerika sudah habis orang Islam di Bosnia.
Ini orang Islam di mana-mana saja harus ingat, bahwa Amerika itu tidak saja dipersepsikan sebagai anti Islam. Memang ada kebijakan-kebijakan yang kurang menguntungkan Islam tetapi jangan selalu yang diingat yang negatif, ada hal-hal positif yang dilakukan untuk umat Islam, terutama yang di Bosnia itu. Serbia itu membasmi dan memang ini ada kepentingan politik, tetapi maksud saya kalau bukan intervensi Amerika itu Presiden Bill Clinton dalam hal ini sudah di bumi hanguskan di negara bagian Bosnia. Jadi demokrat, termasuk Hillary Clinton, Bernie Sanders itu adalah orang-orang yang sangat mendukung Islam. Apalagi Hillary Clinton punya sejarah panjang sebagai senator, menteri luar negeri sehingga sering berinteraksi dengan umat muslim, jadi bukan sesuatu yang baru.
Bagaimana Anda mempertahankan keberadaan Islam di Amerika saat rezim Bush berkuasa ?Kalau dikatakan bertahan memang saya tidak pernah yakin Islam itu akan digeser oleh apapun, karena perkembangan Islam setelah 11 September itu sangat luar biasa, bahkan saat-saat akan dikeluarkan peraturan yang ketat saat zaman Bush itu ada namanya patriotic act. Patriotic act itu artinya memberikan keluasan kepada pihak keamanan untuk memasuki rumah siapa pun tanpa izin pun digeledah, jadi privasi itu sudah hilang sama sekali. Tetapi ternyata tidak ada kejadian yang menakutkan dan Islam berkembang terus. Ketika Barack Obama datang, ternyata peraturan itu dilonggarkan. Tidak semuanya dihapus. Peraturan yang melanggar HAM, privasi, melanggar norma-norma Amerika yang menjaga kebebasan beragama itu dihapus oleh Barack Obama. Jadi lebih bersahabat saat Barack Obama.
Apa yang ingin Anda sampaikan jika bertemu Donald Trump ?Pertamanya saya akan bercanda dan mengucapkan terima kasih, anda sudah memperkenalkan Islam ke seluruh dunia. Sebab dengan sikap dia yang seperti itu, bagi kami adalah advertisment, reklame yang gratis. Islam ini disampaikan dengan cara negatif pun akan menjadi positif pada akhirnya. Kenapa? karena ketika saya mengatakan Islam itu pembunuh, Islam itu perampok, Islam kekerasan orang Amerika dan barat itu salah satu cirinya khasnya adalah terbuka dan ingin tahu. Jadi mereka membuka diri untuk semua kemungkinan-kemungkinan tentang apakah benar atau salah. Dan saya yakin Islam ini kalau dicari oleh orang yang memiliki wawasan, Islam ini akan menjadi daya tarik. Islam ini tidak menarik hanya karena banyak orang Islam yang tidak berwawasan tetapi Islam sendiri itu mendukung wawasan yang luas, dan orang Amerika sangat berwawasan. Wawasannya luas, mereka rasional dan ternyata Islam itu memang begitu. Ketika mereka berinteraksi dengan Islam, mereka akan tertarik. Jadi saya akan mengatakan kepada Donald Trump terima kasih banyak sudah mengiklankan Islam kepada khalayak ramai.
Dan kedua, saya sudah pernah ketemu kepada Donald Trump sebenarnya. Jauh sebelum menjadi kandidat calon presiden, bahkan jauh sebelum selfie bersama Fadli Zon dan Setya Novanto, jauh sebelum itu.
Saat Barack Obama akan mencalonkan diri untuk term kedua, dia itu benci sekali sama Barack Obama. Dia sangat anti Barack Obama, bahkan dia sempat mencari-cari akta lahir Barack Obama. Karena mau dituduh Barack Obama tidak lahir di Amerika, mau dituduh dia lahir di Kenya atau Indonesia. Karena berdasarkan Undang-Undang Amerika, orang Amerika yang lahir di luar Amerika, walaupun kedua orang tuanya asli Amerika tetapi lahir di Indonesia itu tidak berhak jadi Presiden. Harus lahir di tanah Amerika, baru dianggap bisa ikut pemilu. Akhirnya dia mencari akta lahir Barack Obama, ternyata Barack Obama lahir di Hawai. Jadi dia tidak punya alasan untuk menjatuhkan Barack Obama.
Ketika akan masuk term kedua, dia ingin menantang Barack Obama. Dia ingin menjadi calon dari Republikan, akhirnya dia melakukan eksplorasi ke mana-mana, hingga akhirnya diwawancarai oleh Fox News, dan ditanya 'Islam menurut anda bagaimana?'. Dia mengatakan 'Islam itu sangat berbahaya'. Saya punya teman di Amerika namanya Russel Simmons. Russel itu raja hiphop. Saya telpon Russel, 'kamu punya hubungan tidak dengan Donald Trump?'. Dia bilang, 'iya'. Saya katakan, 'boleh gak kita bertemu'. Ternyata dia serius. Dia telpon Donald Trump, dan Donald Trump setuju bertemu seorang imam.
Mungkin asumsi dia (Donald Trump) imam itu orang besar, tinggi, berjenggot panjang dan pakai jubah. Ketika hari akan bertemu, saya datanglah dengan Russel Simmons, kita diterima di depan pintu. Orangnya baik, ramah dan tersenyum . Dia berjabat tangan dengan Russel karena sama-sama tinggi, saya pendek. Setelah jabat tangan dia masih cari-cari, ditanya sama Russel, 'cari apa?'. Dia tanya, 'Imamnya mana?'. Russel bilang ini. Kemudian dia jabat tangan dengan saya kemudian tertawa pada saya.
Setelah masuk ke kantornya, ditanya sama Russel Simmons, 'kenapa ketawa?'. 'Saya tidak bermimpi akan ketemu dengan orang Islam yang bisa tersenyum'. Saya terkejut, sampai seperti itu, masak orang Islam tidak bisa tersenyum. Saya bertanya, 'maksud anda, kenapa orang Islam tidak bisa tersenyum? Dan kenapa sampai kesimpulan itu?. Dia katakan, karena itu yang saya lihat di televisi.' Jadi saat lihat televisi dia melihat orang Islam itu marah, demontrasi dan hanya berkelahi, maunya berperang. Saya bilang begini, 'Donald Trump sebelum saya ke sini, itu saya juga kesimpulan yang salah tentang anda. Kenapa? Saya itu dulu ketika menonton televisi tentang anda, saya melihat itu anda seperti orang yang angkuh, sombong, orang yang merendahkan semua manusia-lah kira-kira. Lalu, kalau saya mengambil kesimpulan tentang anda yang sangat hebat ini, orang besar dari televisi, alangkah naif, saya bilang. Sama juga, anda kalau mengambil kesimpulan tentang 1,6 miliar manusia yang bernama muslim itu dari televisi itu alangkah naif-nya itu. Orang yang sehebat anda seharusnya tidak seperti itu. Sejak itu dia tidak pernah ngomong lagi soal Islam, sampai detik-detik dia akan maju lagi sebagai calon. Jadi sebenarnya, apa yang terjadi itu seasonal, musiman saja. Makanya saya tidak terlalu marah.
Dua hari lalu, waktu saya di Banda Aceh bertemu dengan Wakil Menteri Bidang Keamanan, Demokrasi dan HAM, jadi beliau datang ke Banda Aceh kan melaksanakan syariat dan ingin selalu diperhatikan apa yang akan terjadi. kebetulan dia diundang dan saya juga diundang ke sana, bertemulah kita di bandara. Sambil basa basi, dia bertanya, 'Imam perasaan kamu bagaimana? Sejak Donald Trump.' Saya bilang saya tidak tersinggung. Dia terkejut. Dia katakan 'Saya yang tersinggung'. Saya bilang begini, 'ibu itu pejabat negara Amerika. Ibu bukan saja pantas tersinggung, harus dan wajib tersinggung. Kenapa? Donald Trump sudah merusak dan merendahkan Amerika Serikat yang saya kenal. Yang saya kenal Amerika Serikat itu nilai-nilainya tinggi. Menghormati HAM, menghormati kebebasan, merangkul semua orang. Masak ada seorang calon kandidat presiden Amerika bersikap merendahkan. Kalau ibu harus marah,' saya bilang begitu. Tetapi saya gak perlu, saya bilang. Karena saya seorang imam. Kalau imam itu harus sabar, dan dia tertawa semua. Ada bupati, ada
Anies Baswedan di situ.
Jadi maksud saya tadi, teman-teman di Indonesia jangan terlalu seriuslah. Teman-teman kita di Indonesia inikan sering terbawa arus dalam arti emosi kita ini cepat terpancing, misalnya ada yang bikin gambar nabi. Kami di sana ditanya sama wartawan, 'menurut kamu bagaimana?'. Saya katakan, 'nabi yang kami yakini tidak seperti itu. Kalau gambar itu mirip orang yang menggambar sendiri. Tetapi itukan bukan nabi kami. Mereka cuman main-main saja. Soalnya yang mereka lakukan itu mencari pembenaran. Bikin gambar nabi yang ada bom di sorbannya. Artinya apa? Orang Islam benar tidak cepat marah? Kalau kita marah dan membakar gedung, berarti benar. Tetapi seandainya kita tetap santai, dingin, rasional, kita membangun persahabatan, dialog mereka akan merasa bersalah malahan. Mereka merasa keliru, merasa bersalah. Dan ini sering kali kita bisa membuktikan mereka bersalah.
Saya masih ingat tahun 2001, saya membuka kelas khusus untuk non-muslim untuk mengklarifikasi miss konsepsi tentang Islam. Jadi orang non-muslim bisa datang, apa saja yang mau ditanyakan bisa diperdebatkan. Itu terbuka. Ada orang putih datang, tinggi besar di depan pintu. Dia marah-marah. Dia mengutuk. Bukan saya yang dikutuk, tetapi Nabi Muhammad yang dikutuk. Saya sebagai orang yang cinta kepada nabi mulai marah juga. Saya orang Sulawesi kan cepat marah. Saya sudah mulai mengatakan kata-kata kasar. Akhirnya, saya berimajinasi kalau Nabi Muhammad ada di sini kira-kira orang ini ditempeleng tidak? Kemudian saya ingat semua perkataan nabi kan tidak pernah berkata kasar, sekalipun tidak pernah. Apalagi memukul orang.
Akhirnya setelah dia puas berkata-kata, dia pulang. Saya ikuti. Saya katakan, 'Sir, boleh gak jabat tangan.' jabat tangan kemudian senyum dan pulang. Minggu depannya datang lagi. Saya kira dia akan marah-marah lagi, ternyata dia duduk di kelas. Ternyata saya yang tidak tahan tanya, 'kok bisa datang lagi.' Dia bilang dalam beberapa hari terakhir tidak bisa tidur. Dia bilang, ketika datang minggu lalu di kepala dia buruk-buruk tentang Islam. Tetapi setelah dia marah-marah dan menjelekkan nama Nabi Muhammad kok saya masih senyum. Karena merasa bersalah akhirnya dia gak bisa tidur. Makanya dia datang ke kelas. Enam bulan belajar Islam, dan dia masuk Islam.
Jadi maksud saya adalah kalau umat Islam ini bisa bersikap dengan sabar, santun, mengedepankan sikap moral yang bagus. Saya yakin itu akan lebih mengguncang dunia ketimbang bom. Kita tidak bisa mengguncang dunia dengan bom, tetapi kita bisa mengguncang dengan akhlakul karimah, dengan akhlak mulia. Saya yakin umat Islam di dunia punya karakter yang seperti itu. Karena kita secara alami, kan bersahabat, sopan, santun. Kalau ini saja dijaga akan merombak persepsi yang buruk di dunia sekarang tentang Islam. Banyak sekali yang bisa diperbuat.
Seperti apa karakter umat Islam di Amerika ? Terus terang saya sering iri dengan teman-teman kita yang mualaf ini. Karena ternyata komitmen Islam mereka jauh lebih tinggi dari pada kita. Pertama, sebelum mereka menerima Islam itu mereka berusaha untuk mendalami. Bukan cuman mendalami secara akal, tetapi juga secara hati. Sehingga segala hal itu terjadi internalisasi nilai-nilai agama, dan ketika mereka sudah yakin dan menerima Islam, nilai-nilai agama yang suci ini mempengaruhi perilakunya. Karakternya semakin baik, sopan dan ini tidak kita miliki. Karena kita inikan take it for granted, semua seolah-olah sudah jaminan. Kita lahir dari ibu bapak muslim, kita jamin masuk surga. Padahal belum tahu Islamnya ya.
Orang Amerika itu luar biasa. Pertama itu rasional, kedua itu betul-betul menghayati dan ketiga mempraktikkan. Saya punya murid mualaf. Baru seminggu dia masuk Islam, dia mau keluar dari pekerjaannya. Dia bilang, saya mau mengganti id saya yang menutup kepala. Karena dia sudah mempelajari apa itu hijab. Saya katakan, kalau foto tidak usah tutup kepala. Asalkan kamu sudah tutup kepala.' Dia katakan, tidak. Nanti kalau ada orang lihat saya tutup kepala tetapi di sini (id) tidak. Akhirnya dia datang ke kantornya, terus dia ancam. Kalau tidak bisa menggantikan ini (id), saya keluar. Akhirnya digantikan. Tahu kerjanya di mana? Di University Shivani. Shivani itu semacam IAIN nya Yahudi di Amerika.
Maksud saya itu komitmen Islam yang dimiliki oleh orang Amerika. Kenapa? Memang dasarnya paham. Dasarnya memang rasional dan terbuka. Saya sering mengatakan begini, Islam yang tidak ada penghayatan dan kebebasan itu seperti ikan yang kekurangan air. Sehebat apapun ikannya, sebesar apapun ikannya lambat laun akan mati. Kita lihat Timur Tengah misalnya. Islam itukan tampil dengan simbol-simbol. Jadi mohon maaf saja, banyak di antara mereka yang bagus, tetapi rata-rata hanya simbol-simbol. Perempuan pakai penutup muka, begitu sampai di Prancis, Eropa terbuka semuanya. Memangnya Tuhan di sana sama di sini berbeda. Itukan yang terjadi seperti itu.
Saya baru pulang dari Florida untuk liburan. Kemudian saya masuk ke sebuah toko, penjaganya itu orang Maroko tetapi sudah lama di Amerika. Awalnya saya tidak menyangka dia orang Islam. Ketika saya membeli minuman dan akan membayar, karena istri saya pakai jilbab dia mengatakan, jangan ambil ini, Ini alkohol. Akhirnya kita berkenalan, kemudian dia bilang begini, saya sedih yang banyak liburan di sini orang arab. Tetapi yang paling banyak membeli alkohol ini orang arab. Jadi Islam yang dipaksakan. Tidak dibangun dasar dan nilai-nilai hati dan rasionalitas itu akan menjadi, mohon maaf kasar, kemunafikan. Itulah yang terjadi di dunia arab saat ini, bahkan hampir di beberapa negara Islam di dunia ini. Karena rata-rata tradisi keturunan dipaksa juga. Ada pemaksaan dan itu tidak benar.
Apakah kekeliruan ini disebabkan sistem pendidikan agama ?Saya kira sistem. Sistem pendidikan yang cenderung bersifat dogmatis. Itu yang menyebabkan kita ulama mengedepankan emosi, ketimbang rasionalitas dan ini sangat berbahaya dalam dunia keterbukaan ini. Semua adalah rasionalitas yang bermain. Kita ini sedang berkompetisi secara dekat dan teman-teman kita yang ada di dunia lain ini cara berkompetisi sudah pintar. Mereka memiliki otak, wawasan luas dan sangat-sangat pintar. Terkadang kita mengedepankan kemarahan, emosi dan akhirnya kita jatuh dalam perangkap yang sangat berbahaya.
Anda pernah mengatakan orang Amerika lebih Islam dibandingkan negara mayoritas muslim, bisa di jelaskan ?Islam itukan kehidupan. Al-Quran sendiri mengatakan, Islam adalah kehidupan kita. Jadi kalau mau melihat baik tidaknya Islam seseorang tidak saja dinilai di Masjid, tetapi di pasar, jalan, rumah di seluruh lini kehidupan. Kalau kita memperhatikan kehidupan orang Amerika dan ini bukan pernyataan baru ada ulama dari Mesir, kok saya melihat di barat itu banyak Islamnya tetapi sedikit orang Islam. Tetapi di Mesir muslimnya banyak Islamnya sedikit. Ini bukan pernyataan baru. Saya hanya menyatakan lebih islami, bukan islami Stated, tetapi lebih Islami. Islami dalam karakternya.
Orang Amerika itu disiplin, menghormati orang yang lebih lemah. Misalnya naik kereta api, itu kalau ada orang yang lebih tua berdiri yang anak muda kalau tidak memberikan tempat duduknya kepada orang tua itu, dia akan merasa bersalah sendiri. Tentu dia tidak merasa bersalah pada Tuhan karena mereka tidak bertuhan, merasa dosa sosialnya. Kita antrean dijaga, kalau ada orang yang langsung mendahului itu malu sendiri. Sikap seperti inikan Islami. Bersih, teratur dan dari segi pemerintahan ada accountability. Di Amerika ada kesalahan yang tidak terlalu besar pun dan sudah menjadi isu publik, pejabat pasti mundur. Kenapa? Karena mengganggu ketentraman masyarakat.
Di Indonesia, sudah jelas-jelas tertuduh, sudah jelas-jelas tersangka, sudah jelas-jelas ada recording-nya itu masih bertahan. Malah dipertahankan. Ada orang dihukum mati karena bersalah, ada orang yang mati-matian dibela. Di Indonesia terjadi seperti itu, jadi mana yang lebih Islami? Lebih Islami yang di sana. Saya walaupun banyak yang kritik, saya bisa berikan rasionalisasi, dan bukan hanya saya. Ada beberapa survei yang mengatakan bahwa negara yang paling Islami itu bukan negara Islam. Walaupun teman-teman mengatakan imannya tidak ada, memang, Islam itukan bukan cuman di hati saja, tetapi juga perilaku sosial kita. Makanya saya mengatakan itu, Amerika lebih islami dibandingkan negara-negara Islam.
[arb]