Saudaraku, ketahuilah bahwa menuduh seorang muslim dengan tuduhan-tuduhan keji seperti pengikut aliran sesat, pemecah belah umat, ahlul bid’ah dan tuduhan lainnya sementara tidak ada bukti yang boleh dipegangi bukanlah perkara ringan di sisi Allah Ta’aala. Sungguh semua itu termasuk perkara yang ringan di lisan namun memiliki akibat yang berat dalam pandangan Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah berfirman tentang berita bohong yang ditujukan kepada Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radiyallahu'anhu ‘anha :
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُهَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ
“Ingatlah di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” QS. An Nuur ; 24 : 15
Betapa banyak orang memberikan pernyataan tentang keadaan saudaranya yang muslim itu tanpa dipikirkan lebih mendalam atau diperiksa kebenaran beritanya terlebih dahulu. Akibatnya, berbagai pembicaraan tentang keadaan seorang muslim apakah berupa aib, desas-desus atau tuduhan keji tanpa bukti menjadi perkara yang biasa dan bahkan berkembang pesat di masyarakat kecuali mereka yang dirahmati Allah Ta’aala. Tak heran, dalam masyarakat seperti ini ada orang yang melabeli seorang muslim yang menjauhi syirik, bid’ah dan penyimpangan lainnya sebagai orang sesat, gila dan tuduhan keji lainnya. Padahal orang yang berkomentar itu solat saja tidak, boleh ngaji juga tidak dan hidupnya pun bergelimang dosa, kezoliman dan kelalaian. WAllahul Musta’aan.
Saudaraku, sungguh begitu banyak beban yang akan dipikul dan bahaya yang akan ditemui oleh mereka yang tidak pandai menjaga lisannya dari melontarkan kekejian dan tuduhan kepada seorang muslim. Apalagi jika yang dituduh itu adalah para ‘Ulama dan da’i-da’i Ahlussunnah wal Jamaa’ah yang hidup dan matinya di jalan Allah untuk membentengi agama-Nya dari segala rongrongan para penyimpang serta menyibukkan waktu dan kehidupannya untuk membimbing umat Islam kepada ajaran Islam yang bersih dari syirik, bid’ah dan penyimpangan lainnya. Maka bahaya yang akan diterima oleh mereka yang tidak pandai menjaga lisannya itu lebih dasyat lagi dari sekedar menuduh seorang muslim kalangan biasa.
Saudaraku, berikut di antara bahaya menuduh seorang muslim tanpa bukti. Semoga Allah menjauhkan kita semua dari akhlak buruk pembawa petaka ini, aamien.
Pertama, termasuk perbuatan melanggar kehormatan seorang muslim.
عَنْ أَبِيْ بَكْرَةٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ فِيْ خُطْبَتِهِ فِيْ حَجَّةِ الْوَدَاعِ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِيَوْمِكُمْ هَذَا فِيْ شَهْرِكُمْ هَذَا فِيْ بَلَدِكُمْ هَذَا أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ رواه البخاري ومسلم وغيرهما
Dari Abu Bakrah radhiyAllahu ‘anhu bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada waktu haji Wada’, ‘Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian seperti haramnya hari kalian ini, pada bulan ini dan di negeri kalian ini. Ketahuilah, bukankah aku telah menyampaikannya ?” HSR, Bukhori dan Muslim.
Kedua, menunjukkan keimanannya belum sempurna.
Saudaraku, orang yang menodai kehormatan saudaranya yang muslim apakah dengan cara merendahkannya, menggunjingnya atau menuduhnya dengan suatu tuduhan yang keji tanpa bukti maka orang tersebut imannya masih bermasalah dan belum sempurna. Mungkinkah seorang muslim yang mencintai saudaranya yang muslim mau menodai kehormatan saudaranya?
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “Tidak beriman seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya apa-apa yang ia cintai untuk dirinya.” HSR. Al-Bukhori no. 13 dan Muslim no. 179.
Ketiga, menunjukkan kualias keislamannya masih bermasalah.
Seorang muslim yang meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat termasuk orang yang baik keislamannya. Maka seorang muslim yang lisan dan tangannya membuat tidak nyaman saudaranya termasuk orang yang quality keislamannya masih bermasalah.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم- قَالَ : الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “Orang muslim itu adalah orang yang kaum muslimin selamat dari kejahatan lisan dan tangannya.” HSR. Al Bukhori no. 10 dan Muslim no. 171.
Keempat, termasuk kedustaan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seorang dikatakan berdusta apabila ia menceritakan seluruh yang ia dengar. HSR. Muslim.
Orang yang menyebarkan berita tentang seorang muslim-apalagi tentang aibnya- tanpa diperiksa terlebih dahulu benar dan tidaknya maka ia termasuk berdusta sebagaimana kandungan hadits tersebut.
Kelima, termasuk perbuatan menyakiti hati seorang muslim.
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman :
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. QS. Al Ahzaab ayat 58
Keenam, jika apa yang ditudukan itu tidak benar maka tuduhan itu akan kembali kepada sang penuduh.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ - رضى الله عنه - أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « لاَ يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوقِ ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ ، إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang menuduh orang lain sebagai fasik atau kafir melainkan tuduhan tersebut akan kembali kepadanya apabila orang yang dituduhnya itu tidak demikian.” HSR. Al Bukhori no. 6045
Ketujuh, Allah Ta’aala akan membongkar aib sang penuduh walau ia berada di rumahnya.
عَنْ أَبِى بَرْزَةَ الأَسْلَمِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِى بَيْتِهِ.
Dari Abu Barzah al-Aslamie radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun belum masuk ke dalam hatinya janganlah menggunjing kaum muslimin dan janganlah mencari-cari aib mereka. Barangsiapa yang mencari-cari aib mereka maka Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang dicari-cari aibnya oleh Allah niscaya Dia akan menyingkap aibnya meskipun dia ada dirumahnya.” HR. Abu Dawud dalam sunannya no. 4882.
Kedelapan, termasuk perbuatan memakan daging saudaranya sendiri.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَامَ رَجُلٌ، فَوَقَعَ فِيهِ رَجُلٌ مِنْ بَعْدِهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:تَخَلَّلْ، قَالَ: وَمَا أَتَخَلَّلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَكَلْتُ لَحْمًا؟ قَالَ:إِنَّكَ أَكَلْتَ لَحْمَ أَخِيكَ.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Kami berada di dekat Rasulullah Saw ‘alaihi wa sallam lalu seorang laki-laki bangkit lalu yang lain menjelek-jelekannya. Maka Rosululloh Saw ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bersihkanlah gigimu!” Orang itu menjawab : “Dari kotoran apa aku harus membersihkannya? Saya tidak memakan daging sedikitpun.” Beliau menjawab : “Kamu telah memakan daging saudaramu.” HR. Thobronie dalam Mu’jamul Kabir no. 9947
Kesembilan, Allah ‘Azza wa Jalla menyiapkan minuman yang berasal dari lumpur perasan nanah penduduk neraka bagi orang yang menuduh seorang mu’min.
Dari Abdullah bin Umar Radiyallahu'anhu ‘anhuma, dia berkata : “Aku telah mendengar Rasulullah Saw ‘alaihi wa sallam bersabda :
...وَمَنْ قَالَ فِى مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدْغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ
“…Barangsiapa yang berbicara jelek tentang seorang mu’min apa yang tidak dimilikinya maka Allah akan memberikannya minuman lumpur perasan nanah penduduk neraka sampai dia keluar dari sesuatu yang dia katakan. HR. Abu Dawud dalam sunannya no. 3599 dan
Kesepuluh, menyia-nyiakan salah satu kesempatan mendapatkan pembelaan Allah Ta’aala di hari kiamat.
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَرُدَّ عَنْهُ نَارَ جَهَنَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abu Darda Radiyallahu'anhu ‘anhu dari Nabi Saw ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya niscaya Allah akan memalingkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat.” HR. Ahmad dalam musnadnya no. 28308
Saudaraku demikian dapat disampaikan. Semoga Allah melindungi kita semua dari segala ucapan dan amalan yang mendatangkan kemurkaan-Nya dunia dan di akhirat kelak. Dan pada akhirnya semoga Allah menjadikan kita termasuk penduduk surga-Nya kelak, aamien.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan Mesej