Whatsap Saya

Jawatan Kosong Kerajaan & Swasta Terkini 2020

koleksi kitab

Friday, July 24, 2015

BERPEGANG KEPADA TALI ( AGAMA ) ALLAH

BERPEGANG KEPADA TALI
( AGAMA ) ALLAH
Tafsir Qur’an Surat Ali Imran ayat
103
ِﻞْﺒَﺤِﺑ ْﺍﻮُﻤِﺼﺘْﻋَﺍﻭ ﺎًﻌْﻴِﻤَﺟ ﻪﻠﻟﺍ َﻻَﻭ ﺍُﻮﻗَّﺮـَﻔَﺗ
ﻭُﺮُـﻛ ْﺫﺍَﻭ َﺖَﻤْﻌِﻧ ﻪﻠﻟﺍ ْﻢُﺘْﻨُﻛْﺫٍﺇ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ
ًﺀﺍَﺪـْﻋَﺃ َﻒَّﻟَﺄَﻓ ْﻢُﻜِﺑﻮُـﻠُﻗ َﻦْﻴَﺑ ْﻢُﺘْﺤَﺒْﺻَﺄَﻓ
ِﻪِﺘَﻤْﻌِﻨِﺑ ًﺎﻧﺍَﻮْﺧِﺇ ْﻢُﺘْﻨُﻛَﻭ َﺎﻔَﺷ َﻰﻠَﻋ ٍﺓَﺮْﻔـُﺧ
ﺭِﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ ْﻢُﻛَﺪَـﻘْﻧَﺄَﻓ ﺎَﻬْﻨِﻣ ُﻦِّﺒَﺒُﻳ َﻚِﻟﺍَﺬَﻛ
ُﻪﻠﻟﺍ ِﻪِﺗﺎَﻳَﺍ ْﻢُﻜَﻟ ْﻢُﻜَّـﻠَﻌَﻟ ﻝﺍ}’ َﻥﻭُﺪَﺘـْﻬَﺗ
103 ﻥﺍﺮﻤـﻋ }
Artinya :
“Dan berpegang teguhlah kamu
sekalian dengan tali Allah dan
janganlah kamu sekalian berpecah
belah, dan ingatlah nikmat Allah atas
kamu semua ketika kamu bermusuh-
musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan
antara hati-hati kamu maka kamu
menjadi bersaudara sedangkan kamu
diatas tepi jurang api neraka, maka
Allah mendamaikan antara hati kamu.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat
ayatnya agar kamu mendapat
petunjuk”
(Q.S. Ali Imron ayat 103)
PENJELASAN KALIMAT.
Yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-
Qur’an sesuai dengan hadits Harits Al
A’war dari Ali yang diriwayatkan
secara marfu’ tentang sifat Al-
Qur’an disebutkan bahwa,
" ُﻞْﺒَﺣ َﻮُﻫ ُﻦْﻴِﺘَﻤﻟﺍ ِﻪﻠﻟﺍ ُﻪُﻃﺍَﺮِﺻَﻭ
َﻢْﻴِﻘَﺘْﺴُﻤْﻟﺍ"
(Al-Qur’an itu adalah tali Allah yang
kokoh dan jalan-Nya yang lurus. )
Dalam hadits Abdullah yang di
riwatkan oleh Ibnu mardawaih,
bahwasannya Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa salam bersabda:
[size=12]" َﻥَﺃْﺮُﻘْﻟﺍَﺍﺬَﻫ ََﻥِﺍ ُﻞْﺒَﺣ َﻮُﻫ ِﻪﻠﻟﺍ
ُﻦْﻴِﺘَﻤْﻟﺍ َﻮُﻫَﻭ ُﺭْﻮُّﻨﻟﺍ ُﻦْﻴِﺒُﻤْﻟﺍ ُﺀَﺎﻔِّﺸﻟﺍ َﻮُﻫَﻭ
َﺔَﻤْﺼِﻋ ُﻊِﻓﺎَّﻨﻟﺍ َﻚَّﺴَﻤَﺗ ْﻦَﻤِﻟ ِﻪِﺑ ِﻦَﻤِﻟ ًﺓﺎَﺠَﻧَﻭ
ُﻪَﻌَﺒَّﺗﺍ "[/size]
(“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah tali
Allah yang kokoh, cahaya yang
menerangi, penawar yang memberi
manfaat, sebagai penjaga bagi orang
yang berpegang teguh dengannya dan
penyelamat bagi yang mengikutinya“)
Abu Ja’far Ath-Thobari meriwayatkan
hadits ‘Athiyyah bin Abi Sa’id,
bahwasannya Rasulullah shallallahu
alaihi wa salam bersabda:
[size=12]" َﺐَﺘَﻛ ُﻪﻠﻟﺍ ُﻞْﺒَﺣ َﻮُﻫ ُﻪﻠﻟﺍ
ُﺩﻭُﺪْﻤَﻤﻟﺍ َﻦِﻣ ِﺽْﺭَﻵﺍ ﻰَﻟِﺍ ِﺀﺎَﻤـَّﺴﻟﺍ "[/
size]
(“Kitab Allah itu adalah tali Allah yang
di ulurkan dari langit ke bumi “)
Tafsir Ibnu Katsir I/388-389.
Menurut Ibnu Mas’ud, yang
dimaksud “tali Allah” adalah Al-
Jama’ah, Al-Qurthubi menyatakan,
sesungguhnya Allah memerintahkan
supaya bersatu padu dan melarang
berpecah belah, karena perpecahan itu
adalah kerusakan dan persatuan (Al-
Jama’ah) itu adalah keselamatan.
(Tafsir Qurthubi IV/159)
Sebagian Ulama ada yang mengatakan
bahwa “tali Allah” itu adalah Dinnullah,
menurut sebagian Ulama yang lain;
Taat kepada Allah, Ikhlas dalam
bertaubat, janji Allah. Al-Imaam
Fakhrur Razi menyimpulkan bahwa
seluruh penafsiran tersebut pada
hakekatnya saling melengkapi, karena
Al-Qur’an, janji Allah, Dinnullah, taat
kepada Allah dan Al-Jama’ah dapat
menyelamatkan orang yang berpegang
teguh dengannya supaya tidak
terjatuh kedalam dasar Neraka
Jahannam, maka hal-hal tersebut
dijadikan sebagai tali Allah agar
mereka berpegang teguh dengannya
(Tafsir Al-Kabir VIII/162-163).
· Lafadz Jami’an ﺎًﻌْﻴِﻤَﺟ adalah sebagai
“Haal” yang menjelaskan tentang cara
berpegang teguh kepada tali Allah,
yaitu dengan cara bersatu padu
(berjama’ah) (Tafsir Abi Su’ud Juz
I/66). Hal ini disesuaikan dengan :
1. sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi wa
Salam.
[size=12]" ُﻡَﺰْﻠَﺗ َﻦْﻴِﻤِﻠـْﺴُﻤْﻟﺍ َﺔَﻋﺎَﻤَﺟ
ْﻢُﻬَﻣﺎَﻣِﺇَﻭ "[/size]“
Tetaplah kamu pada
Jama’ah Muslimin dan Imam mereka
“(Muttafaq alaih dari Hudzaifah bin
Yaman)
2. Makna yang di berikan oleh para
Mufasirin, diantaranya sahabat
Abdullah bin Mas’ud menyebutkan
bahwa yang di maksud adalah “Al-
Jama’ah” (Tafsir Qurthubi Juz
III/159, Tafsir Jami’ul Bayan Juz
IV/21).
3. Az-Zajjaj berkata: “kalimat
“Jami’an ﺎًﻌْﻴِﻤَﺟ” adalah dibaca nashob
karena menjadi “haal” (Tafsir Jadul
Masir juz I/433).
4. Adanya Qorinah lafdziyah, yaitu
“wala tafarroqu” yang jatuh setelah
kalimat “Jami’an”, Ibnu Katsir
berkata bahwa yang dimaksud adalah
Allah memerintahkan kepada mereka
dengan berjama’ah dan melarang
mereka berfirqoh-firqoh (berpecah
belah) (Tafsir Ibnu Katsir juz I/189)
Tidak semua kalimat Jami’an dalam Al-
Qur’an artinya bersama-sama
(berjama’ah/bersatu padu),
sebagaimana pula tidak semua kalimat
“jami’an” berarti keseluruhan/
semuanya. Sedikitnya ada empat ayat
yang dalam Al-Qur’an kalimat
“jami’an“ yang harus diartikan
berjama’ah (bersama-sama/bersatu
padu), yaitu surat Ali-Imran ayat
103, surat An-Nisa ayat 71, surat
An-Nur ayat 61 dan surat Al-Hasyr
ayat 14.
Yang dimaksud dengan :
(Janganlah kamu bercerai berai yaitu
berpecah belah dalam
agama,sebagaimana berpecah belahnya
orang-orang Yahudi dan Nasrani
dalam melaksanakan agama mereka).
Disebutkan dalamam hadits yang
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari
Abu Hurairoh, bahwasannya Rasulullah
shallallahu alaihi wa salam bersabda:
[size=12]" ِﺖَﻗَّﺮَﻔَﺗ ُﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﻯَﺪْﺣِﺍ
َﻦْﻴِﻌْﺒَﺳَﻭ ًﺔَﻗْﺮِﻓ َﻦْﻴِﻌْﺒَﺳَﻭ ِﻦْﻴَﺘـَﻨْﺛِﻭَﺍ ًﺔَﻗْﺮِﻓ
ﻯَﺭﺎَﺼـَّﻨﻟﺍَﻭ ُﻞْﺜِﻣ ُﻕِﺮَﺘـْﻔَﺗَﻭ َﻚِﻟﺍَﺫ ْﻲِﺘَّﻣُﺃ
ﻰَﻠَﻋ ِﺙَﻼَﺛ َﻦْﻴِﻌـْﺒَﺳَﻭ ًﺔـَﻗْﺮِﻓ ﻰِﻓ ﺎَﻬَّﻠُﻛ
ِﺭﺎـَّﻨﻟﺍ َّﻻِﺍ ُﺔَﻋﺎَﻤَﺠﻟﺍ َﻲِﻫَﻭ ًﺓَﺪـِﺣﺍَﻭ "[/
size]
“Orang-orang Yahudi telah berpecah
belah menjadi 71 golongan atau 72
golongan dan orang-orang Nasrani
demikian juga, sedang umatku
berpecah belah menjadi 73 golongan
semuanya masuk neraka kecuali satu,
yaitu Al-Jama’ah.”
· Ni’mat Allah yang disebut dalam
ayat ini yang terbesar adalah Islam
yang mengikuti Sunnah Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wa salam,
sesungguhnya ni’mat ini dapat
menghilangkan permusuhan dan
perpecahan, sehingga ada kasih
sayang dan persatuan.
· Yang dimaksud “kamu berada di tepi
jurang api neraka, maka Dia (Allah)
menyelamatkan kamu darinya” Bahwa
kaum Muslimin ketika masih berada
dalam masa jahiliyah, dimana mereka
saling bermusuh-musuhan dan
senantiasa melakukan berbagai macam
kemaksiatan, pada saat yang demikian
itu mereka berada di ambang pintu
neraka. Namun ketika mereka
bertaubat dengan memeluk Islam dan
meninggalkan perilaku-perilaku
Jahiliyah, maka mereka diselamatkan
dari ancaman api neraka dan
dijauhkan dari pintu jahannam.
D. KANDUNGAN AYAT.
Disebutkan dalam Tafsir Al-Manar
bahwa, ayat ini sebagai jalan keluar
untuk memenuhi perintah Allah supaya
bertakwa dengan sebenar-benarnya
takwa yang di sebutkan pada ayat
sebelumnya dan untuk menjauhi
larangan agar tidak meninggal atau
mati kecuali dalam keadaan Islam.
(Q.S. Ali Imran : 102). Agar perintah
dan larangan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik, maka
hendaklah orang-orang yang beriman
berpegang teguh (mengamalkan) Al-
Qur’an dengan berjama’ah (bersatu
padu) (Tafsir Al-Qur’anul Hakim juz
III/19).
Dalam ayat ini Allah subhanahu
wata’ala mewajibkan supaya
berpegang teguh kepada Qur’an dan
Sunnah nabi-Nya dan agar
menyelesaikan permasalahanya
berdasarkan keduanya. Allah juga
memerintahkan agar berjama’ah dalam
mengamalkan islam, sebab dengan
cara damikian maka akan ada
kesepakatan dan kesatuan yang
merupakan syarat utama bagi kebaikan
dunia dan agama. (Tafsir Al-Qurthubi
juz IV/163).
Ayat ini melarang berpecah belah
(berkelompok-kelompok) dalam agama,
sebagaimana berpecah-belahnya ahli
kitab atau orang-orang jahiliyah yang
lain. Ayat ini juga melarang
melaksanakan segala sesuatu yang
dapat menimbulkan perpecahan dan
menghilangkan persatuan.
(Tafsir Abi
Su’ud juz I/66)
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat
ini mengisahkan tentang keadaan suku
Aus dan Khajraj. Pada masa Jahiliyah
kedua suku tersebut saling
bermusuhan dan berperang selama 120
tahun. Setelah mereka memeluk Islam
Allah menyatukan hati mereka
sehingga mereka menjadi bersaudara
dan saling menyayangi. Ketika orang-
orang Aus dan Khajraj sedang
berkumpul dalam satu majlis,
kemudian ada seorang Yahudi yang
melalui mereka, lalu ia mengungkit-
ungkit permusuhan dan peperangan
mereka pada bani BU’ATS. Maka
permusuhan diantara kedua suku
tersebut mulai memanas kembali,
kemarahan mulai timbul, sebagian
mencerca sebagian lain dan keduanya
saling mengangkat senjata, lalu
ketegangan tersebut disampaikan
kepada nabi shallallahu alaihi wa salam.
Kemudian beliau mendatangi mereka
untuk menenangkan dan melunakkan
hati mereka, seraya bersabda:
“Apakah dengan panggilan-panggilan
jahiliyah, sedang aku masih berada di
tengah-tengah kalian?.” Lalu beliau
membacakan ayat ini. Setelah itu
mereka menyesal atas apa yang telah
terjadi dan berdamai kembali seraya
berpeluk-pelukan dan meletakan
senjata masing-masing

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan Mesej