Whatsap Saya

Jawatan Kosong Kerajaan & Swasta Terkini 2020

koleksi kitab

Saturday, June 13, 2015

Larangan bersahabat dengan orang-orang kafir

Larangan bersahabat dengan orang-orang kafir
Firman Allah SWT:
لاَيَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكٰفِرِينَ اَوْلَيَآءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَۚ وَمَن يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِى شَيْءٍ إِلاَّ أَن تَتَّقُوا مِنهُمْ تُقٰةًۚ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ وَإِلَى اللّٰهِ الْمَصِيرُ
۝ آل عمران ٢٨
“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena ( siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri ( siksa)Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu).” (Qs: Ali Imran; ayat; 28).
Kupasan Kata-kata
“Auliyah” bentuk jama’ dari ” Wali.” Menurut bahasa berarti: “Pelindung” Penolong”.
Raghib Asfahani berkata: setiap orang yang mengurus persoalan orang lain, maka orang tersebut adalah, ‘wali’ dari orang lain itu. Makna ini terdapat pada firman Allah SWT:
اللّٰهُ وَلِىُّ الَّذِينَ ءَامَنُو١ ۝ البقرة ٢٥٧
( Allah Pengurus bagi orang-orang yang beriman…..) Al Baqarah; 257) ( lihat Al-Mufradat oleh Raghib Asfahani, hal; 533).
” Tiqaah” semakna dengan, “Taqiyyah” yakni ‘ menggunakan siasat terhadap seseorang karena takut akan kejahatan orang itu.” Ibnu Abbas RA berkata: “Al Taqiyyah” ialah sikap lahir yang digunakan sebagai siasat, yaitu ada kalanya seseorang bersama-sama di antara orang-orang kafir, atau berada di tengah-tengah mereka, maka ia berpura-pura senang dengan mereka dengan lisannyya, akan tetapi dalam hatinya ia sedikit pun tidak menaruh kecintaan pada mereka. ( lihat tafsier Al-Bahrul-Muhith, jilid II hal; 432).
Al-Qurthubi berkata; kata ” Tuqaah” asalnya ” Wuqayah.” Senada dengan kata; “Tu’adah” ( Ketenangan dalam berfikir dan bertindak).
Adapun makna:
إِلاَّ أَن تَتَّقُوا مِنهُمْ تُقٰةً
“Kecuali bila ada sesuatu pada mereka yang kamu takuti, maka tak mengapa melahirkan keakraban dengan mereka dengan lisan untuk memelihara diri dan sebagai siasat untuk menolak kedurjanaan dan gangguan mereka, tanpa keyakinan di dalam hati.
وَإِلَى اللّٰهِ الْمَصِيرُ
“Artinya: dan kepada Allah-lah tempat kamu kembali dan pulang, kemudian Dia akan membalas segala amal perbuatanmu.
Sebab Turunnya Ayat
1. Ayat ini turun sehubungan dengan masalah segolongan dari kaum mukminin, yang mempunyai kawan-kawan orang Yahudi dan yang mereka jadikan teman-teman akrab. Beberapa sahabat menegur mereka: “Jauhilah orang-orang Yahudi itu, dan berhati-hatilah berkawan dengan mereka, supaya mereka tidak dapat mengintimidasi kalian terhadap agama kalian, dan menyesatkan kalian setelah kalian beriman.” Akan tetapi mereka menolak menerima baik nasihat tersebut dan mereka tetap dalam keakraban mereka dengan orang-orang Yahudi itu,. Maka turunlah ayat ini. ( lihat tafsier Ath-Thabari, jilid III hal; 223).
2. Al-Qurthubi meriwayatkan dalam Tafsiernya dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya ayat tersebut turun sehubungan dengan masalah Ubadah bin Shamit dari golongan Anshor yangg menghadiri perang Badr. Ia mempunyai sekutu-sekutu dari orang-orang Yahudi. Ketika Nabi SAW keluar untuk berjuang dalam perang Azhab, Ubadah berkata kepada Nabi SAW : “Ya Nabi Allah, saya mempunyyai lima ratus orang sekutu dari orang-orang Yahudi. Saya berpendapat agar mereka keluar bersama saya untuk menggunakan mereka sebagai kekuatan menghadapi musuh.” Lalu Allah SWT menurunkan ayat tersebut.
Ayat-Ayat yang Menunjukkan Kepada Diharamkan Berteman Akrab Dengan Orang-Orang Kafir
Semakna dengan apa yang kami sebutkan di atas, yaitu di haramkannya berkawan akrab dengan orang-orang kafir, banyak ayat telah turun perihal tersebut, yang di antaranya khusus mengenai masalah hubungan dengan orang-orang ahli Kitab dan yang lain berhubungan secara umum dengan kaum musyrikin.
Di sini kami mambatasi diri dengan menyebutkan sebagian saja dari ayat-ayat yang bersangkutan:
1. Firman Allah SWT di dalam surah Al-Maidah, ( 5) ayat; 51.
يٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصٰرٰىٓ أَوْلِيَآءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءَ بَعْضٍ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi wali-wali.” ( teman akrab, seperti pemimpin, penolong atau pelindung). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain……”
2. Firman Allah SWT di dalam surah Al-Mumtahinah, (60) ayat; 1.
يَٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّخِذُوا عَدُوِّيْ وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَآءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan hal-hal kepadanya, karena rasa kasih sayang….”
3. Firman Allah SWT di dalam surah Al-Maidah, ( 5), ayat; 57.
يٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِن كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ۝
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, jadi pemimpinmu ( teman setiamu) yaitu di antara orang-orang yang diberi Kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir ( orang-orang musyrik). Dan bertaqwalah kepada Allah, jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.”
4. Firman Allah SWT di dalam surah Ali ‘Imran (3), ayat 118.
يٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لاَ يَأْلُو نَكُمْ خَبَالاً
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil jadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu…..”
5. Firman Allah SWT di dalam surah Al-Mujadalah (58) ayat; 22.
لاَتَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ اْلأٰخِرِ يُوَآ دُّوْنَ مَن حَآ دَّ اللّٰهَ وَرَسُولَهٗ
“Tidaklah kamu akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya….”
Ikhtisar Kandungan Ayat
Allah SWT melarang hamba-hambaNya yang beriman untuk berteman dan berkawan dengan orang-orang kafir, atau mendekati mereka secara akrab dengan rasa kasih dan cinta, atau berkawan dengan mereka karena hubungan kekerabatan atau karena kenal, sebab tidaklah patut bagi orang-orang beriman berkasih sayang dengan musuh-musuh Allah, karena tidak dapat masuk pada akal akan adanya orang yang mempersatukan dalam hatinya kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada musuh-musuh-Nya, karena hal itu berarti mempersatukan dua hal yang saling bertentangan.
Ibnul Arabi berkata bahwa Umar Ibnu Khaththab RA melarang Abu Musa Al-Asy’ari mempekerjakan seorang ahli Kitab, yang oleh Abu Musa dipakainya sebagai penulis ( sekretaris) di Yaman. Umar memerintahkan Abu Musa agar ia memberhentikan pegawainya itu.( lihat tafsier ayat-ayat hukum oleh, Ali Ash-Shabuni, jilid I hal: 693-705).
Jadi orang muslim tidak diperkenankan berkasih sayang dengan selain orang-orang yang beriman, lalu ia mengambil orang-orang kafir, yang menanti-nanti marabahaya menimpa kaum mukminin, menjadi teman akrab, bersahabat dengan mereka dan menunjukkan rasa kasih sayang kepada mereka, atau meminta pertolongan kepada mereka, dengan meninggalkan saudara-saudaranya yang beriman, di antara iman dan kufur tidak ada relasi dan hubungan. Maka ayat-ayat tersebut memperingatkan kaum mukminin dari mengambil orang-orang kafir menjadi kawan akrab, kawan perjuangan.
Selanjutnya ayat-ayat tersebut menutup keterangannya dengan peringatan keras yang menunjukkan akan besarnya dosa atas orang yang menentang perintah-perintah Allah dan berteman akrab dengan musuh-musuh-Nya.”
( Bahan-bahan: tafsier Ibnu Katsier, tafsier ayat-ayat hukum oleh Ali Shabuni, tafsier Ath-Thabari, dan tafsier, Al-Qurthubi).

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan Mesej