Whatsap Saya

Jawatan Kosong Kerajaan & Swasta Terkini 2020

koleksi kitab

Thursday, January 1, 2015

Belajarlah, Bukan Menyalahkan

Belajarlah, Bukan Menyalahkan


KETIKA Anda bertemu atau melihat orang sukses dalam usahanya, sementara Anda belum sukses, apa yang akan Anda katakan? Apakah Anda akan berkata, “Pantas saja usahanya sukses. Orangtuanya kan pejabat.” Ataukah berkata, “Kalau dia bisa sukses, aku pasti juga bisa?” Jika Anda melakukan yang pertama berarti Anda sulit belajar dari orang lain. Anda adalah orang yang sukanya –meminjam istilahnya Tung Dasem Waringin- menyalahkan orang lain (blame), beralasan (excuse), dan menghakimi/ membenarkan (justify). Oleh Tung Jasem Waringin, ketiganya disebut BEJ.
Secara tidak sadar, banyak orang sering melakukan tiga hal tersebut, ketika ia tidak sukses atau melihat kesuksesan orang lain. Ketika usaha gagal, bangkrut, pailit, tanpa sadar ia sering menyalahkan pemerintah, lingkungan, atau bahkan menyalahkan presiden. Terkadang ia juga menyalahkan pasangan hidupnya, orangtua, ata saudara yang tidak ada sangkut pautnya dengan usahanya. Bahkan, ia menyalahkan dirinya sendiri, menyalahkan pendidikan atau seminar yang diikuti, menyalahkan umur, dan sebagainya.
Kalau tidak menyalahkan lingkungan, diri sendiri, atau orang lain, orang yang terjangkit BEJ akan berasalan ketika gagal. Misalnya, dengan berkata, “Saya kan masih muda. Masih belum berpengalaman.” Terkadang alasan ini ada benarnya, tetapi perlu diingat bahwa alasan itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Mengapa? Sebab, alasan-alasan itu hanya akan membuat dia berhenti berusaha, berhenti belajar dan berhenti bertindak untuk menjadi lebih baik.
Orang BEJ saat bertemu orang yang lebih sukses darinya, ia akan mencibir dan berkata, “Pantas saja dia sukses, sekolahnya kan tinggi, orangtuanya saja sudah kaya, dan saudaranya banyak yang jadi pejabat.” Ia tidak menyadari dan tidak mengakui bahwa kesuksesan orang itu diperoleh dengan belajar. Nah, ketika ia dihadapkan pada contoh orang sukses yang orangtuanya miskin dan saudaranya tidak ada yang jadi pejabat, ia akan berkata, “Saya tahu kenapa ia sukses, orang miskin kan harus mempunyai daya juang yang kuat.”
Itulah pola pikir orang-orang yang tidak mau belajar. Alih-alih memikirkan pelajaran apa yang bisa dipetiknya dari orang lain yang sukses, ia justru mencari-cari alasan, menyalahkan atau menghakimi mereka. Nah, jika Anda ingin sukses, pola pikir seperti itu harus ditinggalkan. Ketika Anda merasa belum sukses, belajarlah. Ketika melihat orang lain yang lebih sukses, cobalah untuk bertanya, “Apa yang dapat saya pelajari dari kesuksesannya yang akan membuat saya lebih hebat, lebih kuat, lebih dahsyat, lebih kaya, lebih sukses dan sebagainya?” Dengan belajar, kita akan maju selangkah lebih banyak dibandingkan orang-orang yang selalu menyalahkan dan mencari-cari alasan.
Cobalah untuk bertanya kepada diri Anda sendiri dengan dua pertanyaan berikut setiap hari dan cobalah untuk emncari jawabannya.
1. Sudah belajar apakah saya hari ini?
2. Pelajaran apa yang akan membuat saya mnjadi lebih baik?
Dengan pertanyaan sederhana tersebut, dan jika Anda terus konsisten melakukan setiap hari, maka Anda akan mempunyai kebiasaan baru, yaitu kebiasaan belajar. Dengan terus belajar, apapun yang akan terjadi dalam hidup ini, kita telah memberi arti dengan menjadi orang yang lebih baik. [Sumber: Kebiasaan Orang-orang Hebat/Karya: Alvin Pratista/Penerbit: Sinar Kejora]

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan Mesej