Whatsap Saya

Jawatan Kosong Kerajaan & Swasta Terkini 2020

koleksi kitab

Sunday, September 7, 2014

Org Alim Yg Tidak Melakukan Dakwah (Mengajar) dan meninggalkan Amar Makruuf Nahi Munkar !

Org Alim Yg Tidak Melakukan Dakwah (Mengajar) dan meninggalkan Amar Makruuf Nahi Munkar !

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي ءَاتَيْنَاهُ ءَايَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ. وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).

Maka inilah perumpamaan orang alim yang buruk, yang berbuat (sesuatu yang) menyelisihi ilmunya. Perhatikanlah kandungan ayat ini, betapa tercelanya dia:

Dia tersesat sesudah dia memiliki ilmu, memilih kekafiran daripada keimanan dengan sengaja, bukan karena jahil (tidak tahu).

Ulama - kekadang darjat mereka terlalu tinggi ... ada juga yg rendah serendah anjing yg menjilir lidah... kalau diberi habuan, mereka menjelir lidah.. kalau tak dapat habuan.. mereka tetap menjelir lidah.....

Itulah Ulama yg pentingkan dunia, membelakangkan akhirat. Mereka memilih dunia lebih dari akhirat

Janganlah kita pukul rata semua Ulama berperangai macam ini... kita boleh menilai siapa ulama yg diibaratkan seperti anjing ini.

Ciri cirinya banyak...

Antaranya ialah sikap mengampu penguasa yg fasiq, mengharapkan habuan dari penguasa yg fasiq, tidak berkata benar yakni menyembunyikan haq dan hukum Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak hendak mengangkat derajatnya dengan ilmu itu, sehingga hal itu menjadi sebab kebinasaannya. Karena diapun tidak naik derajatnya dengan ilmu tersebut, akhirnya ilmu itu menjadi bencana baginya. Maka seandainya dia bukan orang yang berilmu, tentu itu lebih baik bagi dia dan lebih ringan azabnya.

Dia diserupakan dengan seekor anjing; hewan yang paling rendah kemauannya, paling jatuh nilainya, paling bakhil dan paling parah kalab (kerakusan) nya, sehingga dinamakan kalb.

Diserupakan juluran lidahnya terhadap dunia, ketidaksabaran dan keluhannya (bila) kehilangan dunia, semangatnya memperoleh dunia sebagaimana juluran lidah anjing dalam dua keadaannya; dibiarkan atau dihalau dengan usiran dan seterusnya.

Hal ini, kalau dibiarkan, dia menjulurkan lidahnya terhadap dunia dan kalau diberi peringatan atau teguran, dia juga seperti itu, tetap menjulurkan lidah. Jadi, menjulurkan lidah ini, tidak dia tinggalkan dalam segala keadaan, seperti halnya seekor anjing.

Padahal jelas-jelas anjing itu seburuk-buruk binatang bahkan paling rendah derajat dan nilainya. (Hewan) yang tekad dan kemauannya tidaklah melampaui perutnya, paling parah kejahatan dan ketamakannya.

Di antara bentuk ketamakannya, dia tidak berjalan melainkan moncongnya senantiasa mendekati tanah, mencium dan menghirupnya. Dia selalu mencium duburnya sendiri, bukan bagian tubuhnya lain. Jika kamu melemparkan batu ke arahnya niscaya dia kembali mendatangi batu itu untuk menggigitnya karena rakusnya yang keterlaluan. Binatang paling hina, paling rela menerima dunia.

Bangkai kotor yang busuk lebih disukainya daripada daging segar. Najis dan kotoran lebih dia senangi daripada manisan. Kalau dia menemukan bangkai yang cukup untuk seratus ekor anjing, maka dia tidak akan biarkan seekor anjing lain mendekatinya melainkan dia usir karena ketamakan dan kekikirannya. Kalau dia melihat orang yang berpakaian dekil, buruk, niscaya dia menggonggongnya dan mengusirnya, seolah-olah orang itu menyainginya dan merebut kekuasaannya. Tapi kalau dia melihat orang yang berbaju indah, rapi dan berkedudukan, maka dia rendahkan moncongnya ke tanah, merunduk, dan tidak berani mengangkat kepalanya kepada orang tersebut.

Waspadailah Fitnah Orang Alim yang Fajir dan ‘Abid yang Jahil

Demikianlah keadaan orang alim yang lebih mementingkan urusan dunia daripada akhirat. Adapun ‘abid (ahli ibadah) yang jahil (bodoh terhadap urusan diennya), maka kerusakannya ialah berupa sikap menjauhnya dia dari ilmu dan hukum-hukumnya, dikuasai oleh khayalan dan perasaannya, serta apa-apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya.

Oleh sebab itulah Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullahu mengatakan: “Jauhilah fitnah orang alim yang fajir (jahat) dan fitnah ‘abid yang jahil, karena fitnah keduanya adalah fitnah bagi segenap orang yang terfitnah. Yang satu dengan kejahilannya, dia menghalangi manusia dari ilmu dan konsekuensinya. Dan yang satu dengan kesesatannya (ghay), dia mengajak manusia kepada perbuatan-perbuatan keji.”

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan Mesej